Aqidah Merupakan Pondasi Kekuatan Ummat
إِنَّ الحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَ نَسْتَعِيْنُهُ وَ نَسْتَغْفِرُهُ وَ نَعُوْذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ
اللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَ أَصْحَابِهِ وَ مَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
﴿ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ ﴾ [آل عمران: 102].
﴿ يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاء وَاتَّقُواْ اللّهَ الَّذِي تَسَاءلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا ﴾ [النساء: 1].
﴿ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا * يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعْ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا ﴾ [الأحزاب: 70-71]
فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللَّهِ وَ خَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ ص وَشَرَّ الأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ وَكُلَّ ضَلَالَةٍ فِيْ النَّارِ
Kaum Muslimin yang berbahagia, Saya wasiatkan untuk diri saya sendiri dan jama’ah sekalian untuk senantiasa bertakwa kepada Allah Ta’alaF . Takwa dalam ucapan dan perbuatan, zhahir maupun batin, saat sendiri ataupun ketika berada tengah keramaian. Bertakwa kepada Allah, berarti kita harus berusaha melaksanakan perintah dan menjauhi semua larangan-Nya. Itulah sebaik-baik bekal bagi kita. Barangsiapa yang bertakwa, pasti Allah akan menjaganya, kesusahan akan dilapangkan, dan akan diberi solusi dalam segala permasalahan yang dihadapi, serta akan diberi rizki dari jalan yang tak disangka-sangka.
Allah berfirman:
﴿ ەۗ وَمَنْ يَّتَّقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّهٗ مَخْرَجًا ۙ – وَّيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُۗ وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهٗ ۗ ﴾
Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan jalan keluar baginya. Dan memberinya rizki dari arah yang tidak disangka-sangka. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. (QS ath Thalaq/65:2-3).
Jama’ah Jum’at rahimani wa rahimakumullah,
Salah satu nikmat dan karunia agung yang dianugerahkan kepada kaum Muslimin, yaitu diutusnya Nabiyyullah Muhammad ﷺ dengan membawa dan mengajarkan aqidah yang benar dan lurus, untuk mewujudkan terjadinya kebaikan dan kemakmuran, serta menolak keburukan dan perpecahan pada umat ini. Aqidah yang benar, ialah yang diajarkan beliaun. Aqidah yang benar ini merupakan tonggak persatuan dan keadilan, pondasi persamaan, kemakmuran dan kesejahteraan umat. Karena mencakup akhlak dan budi pekerti mulia yang bisa mensucikan jiwa, dan bisa mendidik perangai manusia. Aqidah juga merupakan sumber kebaikan, kesejahteraaan dan kebahagiaan bagi orang-orang yang benar-benar mau menjalankannya. Allah berfirman:
﴿قَدْ اَفْلَحَ مَنْ زَكّٰىهَاۖ – وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسّٰىهَاۗ ﴾
Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (QS asy Syams/91 : 9-10).
Aqidah imaniyyah, bila diaplikasikan dalam kehidupan, niscaya akan mampu mewujudkan kebaikan bagi seluruh manusia. Tanpa aqidah imaniyyah, maka jalan-jalan kesesatan akan mengintai dan siap menelannya. Keburukan-keburukan juga siap menerkamnya. Sehingga manusia bisa menjadi bingung dan kacau pikirannya. Allah berfirman:
﴿وَالْعَصْرِۙ – اِنَّ الْاِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍۙ – اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ ەۙ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ ࣖ ﴾
Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasihat-menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat- menasihati supaya menetapi kesabaran. (QS al ‘Ashr/103:1-3).
Kaum Muslimin jama’ah Jum’at yang berbahagia,
Dengan ‘aqidah yang benar, seseorang akan mengetahui posisinya yang benar. Dia akan ternaungi cahaya dalam kehidupannya, menapaki kehidupan ini di atas petunjuk dan bashirah, berjalan di atas kebenaran, berada dalam naungan ilmu yang nyata, dan memiliki langkah dan tujuan yang pasti. Dia akan senantiasa berada di atas kebaikan dan keutamaan, memiliki fitrah suci yang terhindar dari keburukan dan kehinaan.
Pengaruh iman dalam jiwa sangatlah nyata. Ia merupakan buah aqidah yang sangat menakjubkan bagi siapapun yang melihatnya. Bisa mensucikan hati, menumbuhkan semangat hidup, menanamkan ketentraman dan kebahagiaan hidup.
﴿ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَىِٕنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِ ۗ اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُ ۗ﴾
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram. (QS ar-Ra’du/13:28).
﴿ اَلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَلَمْ يَلْبِسُوْٓا اِيْمَانَهُمْ بِظُلْمٍ اُولٰۤىِٕكَ لَهُمُ الْاَمْنُ وَهُمْ مُّهْتَدُوْنَ ࣖ﴾
Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kezhaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapatkan keamanan dan mereka itulah orang-orang yang mendapatkan petunjuk. (QS al An’am/6:82).
Jama’ah Jum’at rahimani wa rahimakumullah,
Barangsiapa hidup dalam naungan iman dan berpegang teguh dengan tali Allah, maka dia akan memiliki tujuan hidup yang kongkrit, bisa menyadari hikmah Allah yang tinggi, rahmatNya yang luas, dan ketentuan-ketentuan-Nya yang berlaku. Sehingga jiwanya mendapatkan ketenangan dan hatinya menjadi bersih. Karena dia meyakini, bahwa segala sesuatu yang telah ditetapkan akan menimpanya, tidak akan pernah meleset, begitu sebaliknya sebagaimana disebutkan dalam sabda Rasulullah ﷺ :
احْفَظِ اللَّهَ يَحْفَظْكَ اِحْفَظِ اللَّهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ إِذَا سَــــأَلْتَ فَسْأَلِ اللهَ وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَاعْلَمْ أَنَّ الأُمَّةَ لَوِ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوْكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَنْفَعُوْكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ لَكَ وَلَوْ اجْتَمَعُوا عَلىَ أَنْ يَضُرُّوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَضُرُّوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ عَلَيْكَ
Jagalah Allah, maka Allah akan menjagamu. Jagalah Allah, maka engkau akan mendapati-Nya di hadapanmu. Jika engkau meminta, maka mintalah kepada Allah. Bila engkau minta pertolongan, mintalah kepada-Nya. Ketahuilah, seandainya para manusia berkumpul untuk memberikan manfaat kepadamu, maka mereka tidak akan bisa memberikan manfaat, kecuali yang telah ditetapkan-Nya. Dan seandainya mereka ingin memberikan suatu keburukan kepadamu, maka mereka tidak akan bisa memberikan keburukan, kecuali yang telah ditetapkan-Nya. (HR Tirmidzi).
Begitulah iman yang benar. Ia akan senantiasa menambah keyakinan dan kepercayaan diri. Membuat diri manusia lebih sabar dan tentram dalam menjalani kehidupan. Bila seorang yang beriman mendapatkan nikmat, dia tidak akan takabur, namun justru menambah rasa syukurnya kepada Allah. Sebaliknya, jika datang cobaan atau musibah, maka dia tidak berputus asa, dan tidak pula meratapi nasibnya. Bahkan dia tetap tegar dan bersabar menghadapinya, ridha terhadap semua ketentuan Ilahi. Hal ini selaras dengan yang disabdakan Rasulullah ﷺ :
عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلَّا لِمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
Sangat menakjubkan perkara orang mukmin, sesungguhnya semua perkaranya adalah baik, tidaklah itu terjadi kecuali pada diri seorang mukmin. Bila mendapatkan kebahagiaan, dia bersyukur, maka hal itu lebih baik bagi dirinya. Dan bila tertimpa suatu musibah, dia bersabar, maka hal itu lebih baik bagi dirinya. (HR Muslim).
Ma’syaral Muslimin Jama’ah Jum’at rahimani wa rahimakumullah,
Lihatlah umat Islam pada zaman sahabat. Mereka adalah umat yang telah mendapat tarbiyah secara langsung dari Rasulullah ﷺ . Mereka telah berada di atas aqidah yang benar, yaitu aqidah tauhid. Pada diri mereka telah terpatri hakikat kekuatan iman. Sehingga mereka bisa menjadi suatu umat yang memiliki kekutan besar dalam menanggulangi semua fitnah, ujian dan musibah, serta mereka mampu mengalahkan semua musuh-musuhnya. Sejarah juga telah mengukir prestasi, yaitu saat mereka mampu menaklukkan dunia. Allah berfirman :
﴿ وَعَدَ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِى الْاَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْۖ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِيْنَهُمُ الَّذِى ارْتَضٰى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِّنْۢ بَعْدِ خَوْفِهِمْ اَمْنًاۗ يَعْبُدُوْنَنِيْ لَا يُشْرِكُوْنَ بِيْ شَيْـًٔاۗ وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذٰلِكَ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْفٰسِقُوْنَ ﴾
Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang shalih, bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan ) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan-Ku dengan sesuatu apapun. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik. (QS an-Nur/24:55).
Sebaliknya, jika kaum Muslimin jauh dari aqidah yang benar, niscaya ia akan menuai bencana, permasalahan yang banyak, kegelapan hidup, tidak akan merasakan ketenangan dan ketenteraman hidup. Ia akan merasakan kegoncangan, kesempitan dan berakhir dengan kepiluan dan kepedihan. Allah berfirman :
﴿ وَمَنْ اَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِيْ فَاِنَّ لَهٗ مَعِيْشَةً ضَنْكًا وَّنَحْشُرُهٗ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ اَعْمٰى ﴾
Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit dan Kami akan menghimpunkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta. (QS Thaha/20:124).
نَفَعَنِيْ اللَّهُ وَإِيَّاكُمْ بِهَدْيِ كِتَابِهِ وَسُنَّةِ نَبِيِّهِ مُحَمَّدٍ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ الله العَظِيْمَ الْجَلِيْلَ لِيْ وَ لَكُمْ وَ لِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَأَسْتَغْفِرُوهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
KHUTBAH KEDUA
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ يَهْدِي مَنْ يَشَآءُ إِلَى صِرَاطِ المُسْتَقِيْمِ، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَهُوَ البَرُّ الرَّؤُوْفُ الرَّحِيْمُ،
وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُ اللهِ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ النَّهْجِ الرَّاشِدِ وَالْخُلُقِ القَوِيْمِ، اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَفْضَلَ صَلَاةٍ وَأَتَمَّ تَسْلِيْمٍ.
Kaum Muslimin yang berbahagia,
Kembali saya wasiatkan kepada diri saya pribadi, juga kepada jama’ah sekalian untuk bertakwa kepada Allah. Takwa adalah wasiat Allah kepada generasi awal sampai akhir dalam segala situasi dan keadaan.
Bagi umat Muhammad, yaitu kaum Muslimin, mereka telah menapaki berbagai kepahitan, penderitaan, kesusahan hidup di dunia ini. Namun hal itu, jangan menjadi penghalang untuk terus mencari ketenteraman hidup dan kebahagiaan tempat kembali, yaitu kampung akhirat. Inilah yang menjadi keistimewaan kaum Muslimin dibandingkan dengan umat yang lain. Karena kaum Muslimin adalah umat yang beraqidah berlandaskan istislam (berserah diri) kepada Rabbul-’Alamin, senantiasa patuh dan tunduk kepada-Nya. Dengan memiliki ‘aqidah dan segala konsekuensinya, yaitu tetap istiqamah di atas batas-batas yang sudah ditetapkan Allah, maka umat Islam akan meraih rasa aman, bahagia di dunia dan di akhirat. Allah berfirman:
﴿۞ اِنَّ اللّٰهَ يُدَافِعُ عَنِ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْاۗ ﴾
Sesungguhnya Allah membela orang-orang yang beriman. (QS al Hajj/22:38).
﴿ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اسْتَجِيْبُوْا لِلّٰهِ وَلِلرَّسُوْلِ اِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيْكُمْۚ وَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ يَحُوْلُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَقَلْبِهٖ وَاَنَّهٗٓ اِلَيْهِ تُحْشَرُوْنَ ﴾
Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepadamu. (QS al Anfal/8:24).
﴿وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَّلَا مُؤْمِنَةٍ اِذَا قَضَى اللّٰهُ وَرَسُوْلُهٗٓ اَمْرًا اَنْ يَّكُوْنَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ اَمْرِهِمْ ۗوَمَنْ يَّعْصِ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ فَقَدْ ضَلَّ ضَلٰلًا مُّبِيْنًاۗ ﴾
Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan RasulNya, maka sesungguhnya dia telah sesat, sesat yang nyata. (QS al Ahzab/33:36).
Oleh karena itu, para jama’ah Jum’at rahimakumullah. Pada masa sekarang ini, hati yang mati hendaklah dihidupkan kembali. Orang yang lalai harus diingatkan. Orang yang hanyut dalam kemaksiatan, harus segera dientaskan agar mendapat keselamatan. Renungkanlah firman Allah, semoga menjadi pembangkit hati ini.
﴿۞ اَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَنْ تَخْشَعَ قُلُوْبُهُمْ لِذِكْرِ اللّٰهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّۙ وَلَا يَكُوْنُوْا كَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْاَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوْبُهُمْۗ وَكَثِيْرٌ مِّنْهُمْ فٰسِقُوْنَ ﴾
Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka, lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik. (QS al Hadid/57:16).
Ma’syaral Muslimin Jama’ah Jum’at rahimani wa rahimakumullah,
Kewajiban yang harus dipikul sekarang ini ialah memahami tujuan dinul-Islam dan kemuliaan risalah yang dibawa Rasulullah ﷺ ini. Hendaklah sibukkan diri kita dengan hal-hal yang bermanfaat dan tinggalkanlah yang sia-sia. Didiklah generasi ini dengan landasan ‘aqidah yang benar, sesuai dengan tuntunan Rasulullah ﷺ . Dengan demikian, kita akan mampu mewujudkan persatuan dan persaudaraan kaum Muslimin, mampu memurnikan tujuan hidup, membela agama, dan menetapinya dengan jiwa yang jujur dan amanah. Ingatlah firman Allah.
﴿ وَمَنْ اَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّنْ دَعَآ اِلَى اللّٰهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَّقَالَ اِنَّنِيْ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ ﴾
Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang shalih dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri”. (QS al Fushilat/41:33).
Demikianlah yang dapat kami sampaikan dalam khutbah siang ini. Mudah-mudahan bermanfaat. Wallahu a’lam.
الَّلهمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلىَ إِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ وَبَارِك عَـلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ مُحَمَّدٍ كَماَ بَارَكْتَ عَلىَ إِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالْإِيْمَانِ وَلَاتَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلًّا لِلَّذِيْنَ ءَامَنُوا رَبَّنآ إِنَّكَ رَءُوْفُ رَّحِيْمُ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الَخاسِرِيْنَ
الَّلهُمَّ أّعِنَّا عَلىَ ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ ثَبِّتْ قُلُوْبَنَا عَلىَ دِيْنِكَ وَ يَا مُصَرِّفَ الْقُلُوْبِ صَرِّفْ قُلُوْبَنَا عَلىَ طَاعَتِكَ
رَبَّنآ ءَاتِنَا فِيْ الْدُّنْيَـا حَسَـَنةً وَفِيْ الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
اَلـَّلـهُـمَّ إِنَّانَسْـأَلُكَ عِلْماً نَافِعًا وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً وَرِزْقًا حَلاَلاً طَيِّاً
وصلى الله وسـلم على محمد تسليما كثيرا و آخر دَعْوَانَا الحمدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَميِنَ
Diadaptasi oleh Abu Ziyad Agus Santoso, dari Khutbah Jum’at Syaikh Husain Alu Syaikh di Masjid Nabawi,
tanggal 25 Rajab 1422H
Majalah As-Sunnah Edisi 12/Tahun X/1428H/2007M
Artikel asli: https://majalahassunnah.net/artikel/aqidah-merupakan-pondasi-kekuatan-ummat/